PERAN DATA PADI DITENGAH PANDEMI
DHYAN T HARSA (Kepala Seksi Statistik Pertanian BPS Provinsi Lampung)
Data beras yang akurat sangat dibutuhkan dalam rangka ketepatan pengambilan
kebijakan pembangunan nasional. Namun data produksi padi yang diukur menggunaan metode eye estimate mulai diragukan pengamat sektor pertanian terutama dari Forum Masyarakat Statistik (FMS). Keraguan timbul bukan tanpa alasan, data luas baku sawah yang cenderung meningkat, walaupun fakta di lapangan menunjukkan pengalihan lahan sawah untuk Industri, perumahan atau Infrastruktur makin sering terjadi dan proses pencetakan sawah baru tidak berjalan dengan baik. Alih fungsi lahan sawah, kemarau yang panjang dan hama yang belum juga bosan menyerang seharusnya berdampak pada penurunan produksi padi, namun data produksi padi terus meningkat tanpa henti setiap tahunnya, hal ini tentu saja membuat kita bertanya, apakah data produksi padi selama ini sudah benar?
Penyempurnaan dalam berbagai tahapan perhitungan jumlah produksi beras tidak bisa ditawar lagi. Langkah strategis dan komprehensif mulai dari perhitungan luas baku sawah hingga perbaikan perhitungan konversi gabah kering menjadi beras harus segera dilakukan.
Secara garis besar, tahapan dalam perhitungan produksi beras adalah menetapkan Luas Lahan Baku Sawah Nasional, menetapkan luas panen dengan Metode Kerangka Sampel Area (KSA), menetapkan produktivitas per hektar, menetapkan angka konversi dari Gabah Kering Panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) dan Angka Konversi dari GKG ke Beras.
Untuk meningkatkan akurasi penghitungan luas panen mulai tahun 2015 Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional(Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). Aplikasi ini mulai diujicobakan di Pulau Jawa pada tahun 2017 dan mulai tahun 2018 aplikasi ini diterapkan diseluruh Indonesia. KSA merupakan aplikasi yang mengintegrasikan data spasial dengan data lapangan menggunakan hand phone yang telah terinstal aplikasi KSA yang dapat diimplementasikan dengan mudah oleh siapa saja dan data yang diperoleh lebih akurat dan terkini.
Aplikasi KSA mampu mengamati kondisi lahan sawah mulai dari persiapan lahan padi, tahapan fase tumbuh padi sampai panen. Fase tumbuh padi yang diamati mulai fase vegetative awal berumur 1-35 hari, Fase Vegetatif Akhir berumur 35-55 hari, fase generative padi keluar malai sampai sebelum panen berumur 55-105 hari. Selain Fase tumbuh padi aplikasi ini juga mengamati informasi lahan puso, lahan sawah bukan padi, atau lahan bukan sawah, yang kemudian difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah.
Pengamatan yang dilakukan pada 7 hari terakhir setiap bulan memungkinkan untuk melihat potensi padi untuk 3 bulan ke depan, jika hasil amatan Bulan April Vegetatif Awal maka berpotensi akan panen pada bulan Juli, jika hasil amatan Buan April vegetatif akhir berpotensi panen pada Bulan Juni, dan jika hasil amatan Bulan April Generatif maka berpotensi panen pada Bulan Mei. Dengan mengetahui Potensi Panen 3 bulan kedepan pemerintah mempunyai basis perencanaan tata kelola beras yang lebih baik dan terkini.
Ditengah pandemi covid-19 yang kini melanda negeri ini, data padi yang akurat sangatlah dibutuhkan pemerintah yang harus mencukupi kebutuhan beras rakyatnya. Kemampuan Metode KSA melihat potensi panen 3 bulan kedepan memudahkan pemerintah dalam mengambil langkah – langkah konstruktif mengatasi ketahanan pangan. Jika berkaca pada data produksi beras Lampung selama tahun 2019 yang dirilis BPS mampu menghasilkan 1,24 juta ton beras maka dapat dipastikan kebutuhan beras di Lampung surplus. Sesuai dengan fungsinya BPS sudah memberikan data potensi padi tahun 2020 kepada dinas/instansi terkait untuk dijadikan pijakan dalam melakukan langkah antisipasi agar kebutuhan beras di Lampung terjamin dimasa pendemi ini.
Peran pemerintah selain menjamin kecukupan beras juga menjamin kesejahteraan petani, program yang diluncurkan mulai dari bantuan benih, pupuk, alat dan mesin Pertanian, hingga asuransi bagi petani seharusnya bisa membuat petani tersenyum lebar. Aplikasi dilapangan yang harus terus diawasi dan dievaluasi, karena tidak sedikit berita adanya bantuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani bahkan bantuan yang kerap dimanipulasi. Mari kita bangkit bersama membangun negeri, agar petani berjaya dan stok beras tercukupi. (*)

