Journal Lampung

Proporsional & Berimbang

Musim Kemarau Berdampak Bagi Hasil Petani di Pringsewu

Pringsewu (Journal):Musim kemarau memiliki dampak yang sangat besar bagi penghasilan pertanian di Kabupaten Pringsewu.

Akibatnya, beberapa petani mengalami gagal panen.
Sehingga, mereka berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung bisa memberikan solusi untuk ketersediaan air. Khususnya dalam musim kemarau.

Hal itu disampaikan anggota Poktan Sahabat Tani Samsudin kepada harianmomentum.com, di Kecamatan Gadingrejo Pringsewu, Selasa (15-10-2019).

Menurut Samsudin, air menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktifitas padi di Pringsewu.

Dia menyebutkan akibat kekurangan air, banyak petani yang gagal panen. Seharusnya bisa mencapai 4 hingga 5 ton untuk satu hektare.

“Tapi gara-gara kemarau, seperempat hektare itu hanya 500 kilogram. Jadi banyak yang gagal panen,” ujarnya.

Karena itu, dia berharap Pemprov Lampung dapat memberikan solusi terkait dengan ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan petani.

“Di sini tidak ada sumber air, adanya di Pesawaran. Tapi kan di Pesawaran juga banyak petani, jadi pasti berebut,” terangnya.

Senada, Sekretaris Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tirtagading Sutikno menyebutkan telah memiliki inovasi untuk mengatasi musim kemarau.

Inovasi itu yakni dengan membuat sumur bor di area pesawahan. Kemudian dipasang mesin penyemprot air.

“Semprotannya itu seperti model pemadam kebakaran itu. Jadi dalam satu hektare itu bisa terjangkau semua,” tuturnya.

Selain itu, dia menyebut harus disiapkan juga penampungan air yang di bagian bawahnya dilapisi semen.

“Sejenis embung, tapi bukan embung. Kalau embungkan kering, kalau ini tidak. Jadi bisa bertahan saat musim kemarau,” tuturnya.

Sehingga, dia berharap Pemprov Lampung bisa menyiapkan untuk kesediaan air selama musim kemarau.

Dilain sisi, Ketua Poktan Sidorukun Suyitno mengatakan tidak hanya air, kendala yang dialami petani adalah mahalnya pupuk HCL.

“Padahal pupuk ini untuk menguatkan batang. Jadi produktifitasnya bisa lebih meningkat,” terangnya.

Untuk itu, Pemprov diharapkan bisa memberikan subsidi bagi pupuk HCL.
“Kalau disubsidi harganya hanya Rp6000 per kilogram. Tapi kalau tidak disubsidi mencapai Rp12 ribu,” sebutnya.

 

(*)



WhatsApp chat